BAB
1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Komoditi
perkebunan terdiri dar beberapa macam, salah satunya adalah tanaman karet.
Setiap bagian pohon karet jika dilukai akan mengeluarkan getah susu yang
disebut lateks. Diantara tanaman tropis hanya tanaman karet (havea
bracileansis) yang telah dikembangkan dan mencapai tingkat perekonomian
yang penting. Tanaman karet menduduki posisi cukup penting sebagai sumber
devisa non migas bagi Indonesia, sehingga memiliki prospek yang cerah. Oleh
sebab itu upaya peningkatan produktifitas usaha tani karet terus dilakukan
terutama dalam bidang teknologi budidayanya.
Dalam perkembangannya getah karet atau lateks tidak hanya digunakan dalam
industri ban saja. Semakin lama, banyak barang yang dibuat dengan berbahan
dasar lateks. Mulai dari sarung tangan operasi hingga barang barang kebutuhan
sehari – hari. Lateks juga dapat diolah dalam bentuk karet sheet, crepe, lateks
pekat dan karet remah (Crumb rubber).
Pengolahan lateks akan berpengaruh terhadap mutu karet yang dihasilkan.
Umumnya karet rakyat bermutu rendah karena alat dan cara pengolahannya masih
sangat sederhana. Namun dengan seirng dengan berkembangnya zaman, teknologi
pengolaha lateks bermacam-macam ditemukan sehingga mutu karet yang dihasilkan
lebih bagus dari yang sebelumnya.
Dalam praktikum ini akan dipelajari tahap-tahap pengolahan lateks menjadi
karet sheet dan juga mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhi mutu karet
yang dihasilkan.
1.2 Tujuan
1.2.1
Umum
Setelah
mempelajari secara teoritis dan praktek laboratorium, diharapkan dapat memahami
proses pengolahan lateks, faktor-faktor proses, pengendalian proses dan mutu
yang dihasilkan.
1.2.2
Khusus
Setelah mempelajari secara
teoritis dan praktek laboratorium, diharapkan:
1. Dapat
menjelaskan pengaruh kualitas bahan dasar terhadap kualitas karet yang
dihasilkan
2. Dapat
menjelaskan beberapa macam proses pengolahan macam proses pengolahan karet alam
yaitu karet sheet, crepe, lateks dan crumb rubber
3. Dapat
menjelaskan cara-cara pengawasan mutu pada karet sheet, crepe, lateks pekat dan
crumb rubber.
BAB
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanaman Karet dan
Klasifikasinya
2.1.1
Tanaman Karet
Tanaman karet merupakan pohon yang tumbuh tinggi dan
berbatang cukup besar . Tinggi pohon dewasa mencapai 15-25 meter. Batang
tanaman biasanya tumbuh lurus dan memiliki percabangan yang tinggi diatas.
Dibeberapa kebun karet ada beberapa kecondongan arah tumbuh tanamanya agak
miring kearah utara. Batang tanaman ini mengandung getah yang dikenal dengan
nama lateks. Daun karet terdiri dari tangkai daun utama dan tangkai anak daun.
Panjang tangkai daun utama 3-20cm. Panjang tangkai anak daun sekitar 3-10 cm
dan pada ujungnya terdapat kelenjar. Biasanya ada tiga anak daun yang terdapat
pada sehelai daun karet. Anak daun berbentuk eliptis, memanjang dengan ujung
meruncing.Tepinya rata dan gundul. Biji karet terdapat dalam setiap ruang
buah. Jadi, jumlah biji biasanya ada tiga kadang enam sesuai dengan jumlah
ruang. Ukuran biji besar dengan kulit keras. Warnanya coklat kehitaman dengan
bercak-bercak berpola yang khas. Sesuai dengan sifat dikotilnya, akar tanaman
karet merupakan akar tunggang. Akar ini mampu menopang batang tanaman yang
tumbuh tinggi dan besar (Setyamidjaja, 1993).
2.1.2
Klasifikasi Tanaman Karet
Menurut Steenis (1975), klasifikasi
botani tanaman karet adalah sebagai berikut :
Kingdom
: Plantae
Divisio
: Spermatophyta
Class
: Dicotyledoneae
Ordo
: Euphorbiales
Famili
: Euphorbiaceae
Genus
: Hevea
Spesies
: Hevea brassiliensis Muell. Arg.
Sumber: http://www.pupukorganiknasa.com
Sistem perakarannya kompak.
Akar karet termasuk akar tunggang yang dapat menghujam tanah hingga kedalaman
1-2 m. Akar lateralnya dapat menyebar sejauh 10 m (Andoko dan Setiawan, 1997).
Batangnya bulat atau silindris,
kulit kayunya halus, rata berwarna pucat hingga kecoklatan, sedikit bergabus.
Apabila dipotong akan mengeluarkan getah sebagai hasil perkebunan karet.
Beberapa kebun karet, ada kecondongan arah tumbuh tanaman agak miring kearah
utara. Batang tanaman ini menandung getah yang biasa disebut lateks (http://www.icraf.org., 2008).
Tangkai daun utama 3-20 cm. Daun
berbentuk elips memanjang dengan ujung runcing atau lancip. Tepinya rata. Pada
tiap tangkai tumbuh 3 helai daun. Daunnya tersusun melingkar batang (spiral),
berambut. Bunganya bergerombol muncul dari ketiak daun (aksilar), individu
bunga bertangkai pendek, bunga betina tumbuh di ujung (Sadjad, 1993).Daun
karet terdiri dari tangkai daun utama dan tangkai anak daun. Panjang tangkai
daun utama 3-20cm. Panjang tangkai anak daun sekitar 3-10cm dan pada ujungnya
terdapat kelenjar. Biasanya ada tiga anak daun yang terdapat pada sehelai daun
karet. Anak daun berbentuk eliptis, memanjang dengan ujung meruncing, tepinya
rata dan gundul (Anwar, 2001).
Biji karet terdapat dalam setiap ruang buah. Jadi
jumlah biji biasanya ada tiga kadang enam sesuai dengan jumlah ruang. Ukuran
biji besar dengan kulit keras. Warnaya coklat kehitaman dengan bercak-bercak
berpola yang khas (Aidi dan Daslin, 1995).
Bunga pada tajuk dengan membentuk mahkota bunga pada
setiap bagian bunga yang tumbuh. Bunga berwarna putih, rontok bila sudah
membuahi, beserta tangkainya. Bunga terdiri dari serbuk sari dan putik
(Maryadi. 2005).
2.2 Pengertian Lateks
Segar dan Lateks Pekat
2.2.1
Lateks Segar
Lateks
segar adalah getah kental, seringkali mirip susu, yang dihasilkan banyak
tumbuhan dan membeku ketika terkena udara bebas. Selain tumbuhan, beberapa hifa
jamur juga diketahui menghasilkan cairan kental mirip lateks. Pada tumbuhan,
lateks diproduksi oleh sel-sel yang membentuk suatu pembuluh tersendiri,
disebut pembuluh lateks. Sel-sel ini berada di sekitar pembuluh tapis (floem)
dan memiliki inti banyak dan memproduksi butiran-butiran kecil lateks di bagian
sitosolnya. Apabila jaringan pembuluh sel ini terbuka, misalnya karena keratan,
akan terjadi proses pelepasan butiran-butiran ini ke pembuluh dan keluar
sebagai getah kental. Lateks terdiri atas partikel karet dan bahan bukan karet
(non-rubber) yang terdispersi di dalam air. Lateks juga merupakan suatu larutan
koloid dengan partikel karet dan bukan karet yang tersuspensi di dalam suatu
media yang mengandung berbagai macam zat (Triwijoso, 1995).
2.2.2 Lateks pekat
Lateks
pekat merupakan produk olahan lateks alam yang dipekatkan dengan proses
sentrifusi atau pendadihan dari Kadar Karet Kering (KKK) 28-30% menjadi KKK
60-64%. Biasanya lateks pekat digunakan untuk pembuatan bahan-bahan karet yang
tipis dan bermutu tinggi (Zuhra, 2006). Namun pengolahan latek kebun menjadi
latek pekat yang biasa digunakan oleh perusahaan besar membutuhkan modal
investasi yang cukup besar, sehingga tidak mungkin dapat dilakukan oleh
pekebun-pekebun kecil seperti pada proyek-proyek pengembangan karet rakyat.
2.3
Sifat Fisik dan Kimia Lateks Segar dan Lateks Pekat
2.3.1 Lateks Segar
a. Sifat fisik
Karet mempunyai sifat kenyal (elastis), sifat kenyal tersebut berhubungan
dengan viskositas atau plastisitas karet. Lateks sendiri membeku pada suhu 32oF
karena terjadi koagulasi. Partikel karet lam dalam lateks diselaputi oleh suatu
lapisan protein sehingga partikel karet tersebut bermuatan listrik (Goutara,
dkk: 1985)
Karet alam memiliki kadar ikatan tidak jenuh dalam struktur molekul karet
alam tinggi sehingga karet alam tidak tahan terhadap reaksi oksidasi, ozon, dan
minyak (Ramadhan et al., 2005),.
Menurut Alfa et al. (2003), karet
alam memiliki daya pantul dan elastisitas yang baik, serta sifat-sifat fisik
seperti selatisitas, kuat tarik, dan kepegasan yang tinggi pula.
b. Sifat kimia
Lateks mengandung 25-40 % bahan karet mentah (crude rubber) dan
60-77 % serum (air dan zat yang larut). Karet mentah mengandung 90-95 % karet
murni, 2-3 % protein, 1-2 % asam lemak, 0,2 % gula, 0,5 % garam dari Na, K, Mg,
P, Ca, Cu, Mn, dan Fe. Partikel karet tersuspensi (tersebar secara merata)dalam
serum lateks dengan ukuran 0,004-3 mikron, atau 0,2 milyar partikel karet per
millimeter lateks. (Goutara, dkk: 1985).
2.3.2 Lateks pekat
a. Sifat fisik dan b. Sifat kimia
Lateks
pekat umumnya bersifat tidak stabil atau cepat mengalami penggumpalan. Lateks
dikatakan stabil apabila sistem koloidnya stabil yaitu tidak terjadi flokulasi
atau penggumpalan selama penyimpanan. Kestabilan lateks yaitu tidak terjadinya
penggumpalan pada kondisi yang diinginkan. Adapun faktor-faktor yang
mempengaruhi kestabilan lateks adalah : 1. Adanya kecenderungan setiap partikel
karet berinteraksi dengan fase air (serum) 2. Adanya interaksi antara
partikel-partikel itu sendiri. Di samping kedua faktor di atas, ada tiga faktor
lain yang dapat menyebabkan sistem koloid partikel-partikel karet tetap stabil
(Ompusunggu, 1989), yaitu : 1. Adanya muatan listrik pada permukaan partikel
karet sehingga terjadi gaya tolak menolak antara dua atau lebih partikel karet
tersebut. 2. Adanya interaksi antara molekul air dengan partikel karet yang
menghalangi terjadi penggabungan partikel-partikel karet tersebut. 3. Energi
bebas antara permukaan yang rendah Ketidakstabilan lateks terjadi disebabkan
karena rusaknya lapisan pelindung karet yang terdispersi dalam serum lateks.
Rusaknya sistem kestabilan lateks dapat terjadi dengan sengaja atau tidak
sengaja. Beberapa faktor yang sengaja dilakukan untuk membuat lateks menjadi
tidak stabil adalah dengan menambahkan bahan penggumpal seperti asam, sari
buah, tawas. Sedang faktor ketidaksengajaan misalnya karena terjadinya
penguapan air dalam lateks yang berlebihan dan terkontaminasinya lateks oleh
mikroba. Dengan rusaknya sistem kestabilan lateks, maka mutu lateks yang
dihasilkan menjadi kurang baik. Untuk tetap menjaga kestabilan lateks, maka
lateks pekat harus memenuhi persyaratan mutu menurut ASTM D 1076 dan ISO2004.
2.4
Manfaat dan Aplikasi Lateks
Manfaat karet alam banyak digunakan
dalam industri-industri barang. Umumnya alat-alat yang dibuat dari karet alam
sangat berguna bagi kehidupan sehari-hari maupun dalam usaha industri seperti
mesin-mesin penggerak barang yang dapat dibuat dari karet alam antara lain
aneka ban kendaraan (dari sepeda, motor, mobil, traktorhingga pesawat terbang),
sepatu karet, sabuk penggerak mesin besar dan mesin kecil, pipa karet, kabel,
isolator, dan bahan-bahan pembungkus logam (Sugito,1999)
BAB 3. METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
a. Timbangan
b. Gelas
ukur
c. Penggilingan
laboratorium
d. Beaker
glass
e. Saringan
f. Hot
plate
g. Pengaduk
spatula
h. Kempa
hidrolik
3.1.2 Bahan
a. Lateks
segar
b. Asam
format 1 %
c. Asam
asetat 1 %
d. Amoniak
0,5 %
e. Larutan
CMC 1 %
f. Aquadest
g. Tissue
BAB 4. HASIL PENGAMATAN DAN
PERHITUNGAN
4.1 Hasil Pengamatan
1.1.1
Perhitungan KKK Lateks Segar
Bahan
|
Berat
|
Asam
Format
|
A1
= 96,1 gr
|
B1
= 42,06 gr
|
|
Asam
Asetat
|
A2
= 96,45 gr
|
B2
= 45,84 gr
|
Keterangan
: a = berat basah
b
= berat kering
1.1.2
Pengenceran Lateks pada Pembuatan Karet
Sheet
Bahan
|
KKK
|
KE
|
N
|
Asam
Format
|
42,060
%
|
15
mL
|
100
mL
|
Asam
Asetat
|
45,840
%
|
1.1.3
Pengaruh Penambahan Bahan Pendadih dan
Lama Pemisahan terhadap Sifat-Sifat Lateks Pekat
a. Penyimpanan
Lateks 3 hari
Penimbangan
|
Berat
( gram )
|
||
5
mL
|
6
mL
|
7
mL
|
|
Beaker
glass
|
188,21
|
176,20
|
206,49
|
Lateks
+ beaker glas
|
284,70
|
270,59
|
303,23
|
Lateks
( a gram )
|
96,49
|
94,3
|
96,74
|
Perlakuan
|
Hari
penyimpanan
|
Parameter
|
|
aroma
|
Warna
|
||
CMC
5 mL
|
0
hari
|
+
|
+
|
CMC
6 mL
|
+
|
+
|
|
CMC
7 mL
|
+
|
+
|
|
CMC
5 mL
|
3
hari
|
+++
|
++
|
CMC
6 mL
|
++
|
+++
|
|
CMC
7 mL
|
+
|
++++
|
Keterangan
: Aroma → semakin (+), semakin menyengat
Warna → semakin (+), semakin banyak
bercak kuning
Perlakuan
|
Berat
( b gram )
|
CMC
5 mL
|
41,89
|
CMC
6 mL
|
43,38
|
CMC
7 mL
|
43,25
|
b. Penyimpanan
Lateks 4 Hari
Penimbangan
|
Berat
( gram )
|
||
5
mL
|
6
mL
|
7
mL
|
|
Beaker
glass
|
176,54
|
173,76
|
185,45
|
Lateks
+ beaker glas
|
270,90
|
268,67
|
279,92
|
Lateks
( a gram )
|
94,38
|
94,88
|
94,47
|
Perlakuan
|
Hari
penyimpanan
|
Parameter
|
|
aroma
|
Warna
|
||
CMC
5 mL
|
0
hari
|
+
|
+
|
CMC
6 mL
|
+
|
+
|
|
CMC
7 mL
|
+
|
+
|
|
CMC
5 mL
|
3
hari
|
++++
|
++
|
CMC
6 mL
|
+++
|
+++
|
|
CMC
7 mL
|
++
|
++++
|
Keterangan
: Aroma → semakin (+), semakin menyengat
Warna → semakin (+), semakin banyak
bercak kuning
Perlakuan
|
Berat
( b gram )
|
CMC
5 mL
|
47,53
|
CMC
6 mL
|
41,16
|
CMC
7 mL
|
36,66
|
1.2
Hasil
Perhitungan
1.2.1
Perhitungan KKK Lateks Segar
Bahan
|
Fp
|
KKK
|
Asam
Format
|
56,233
%
|
42,060
%
|
Asam
Asetat
|
52,473
%
|
45,840
%
|
1.2.2
Pengenceran Lateks pada Pembuatan Karet
Sheet
Bahan
|
AT
|
Asam
Format
|
180,4
mL
|
Asam
Asetat
|
205,6
mL
|
1.2.3
Pengaruh Penambahan Bahan Pendadih dan
Lama Pemisahan terhadap Sifat-Sifat Lateks Pekat
a. Penyimpanan
Lateks 3 Hari
Perlakuan
|
Fp
|
KKK
|
CMC
5 mL
|
56,58%
|
41,89%
|
CMC
6 mL
|
54,047%
|
43,35%
|
CMC
7 mL
|
55,293%
|
43,24%
|
b. Penyimpanan
Lateks 4 Hari
Perlakuan
|
Fp
|
KKK
|
CMC
5 mL
|
0,4963
|
47,54%
|
CMC
6 mL
|
0,5661
|
41,17%
|
CMC
7 mL
|
0,5801
|
39,67%
|
BAB
5. PEMBAHASAN
5.1
Mekanisme Penambahan Asam Format, Asam Asetat, Amoniak dan CMC
5.1.1 Penambahan Asam Format dan Asam Asetat
Lateks
mempunyai pH 6,9 - 7,2 terdapat dalam bentuk cair karena bermuatan negatif,
tetapi bila ditambahkan asam organik atau anorganik misal asam asetat dan asam
format sampai pH mendekati titik isoelektrik (pH 3,8 - 5,3 atau 4,2) maka
terjadi penggumpalan lateks dimana dengan adanya penambahan asam asetat dan
asam format yang berlebihan atau sekaligus diberikan maka akan terjadi
penambahan muatan positif sehingga terjadi kekuatan saling tolak-menolak antara
partikel atau lateks masih dalam keadaan cair. Kestabilan lateks dipengaruhi
muatan listrik dari lateks. Muatan listrik tergantung dari pH lateks. Pada pH
tertentu muatan listrik akan mencapai nilai 0 yaitu pada titik isoelektrik dan
pH berkisar 4,2 - 4,7. Pada pH tersebut protein tidak stabil, tetapi pada pH
ini lateks tidak segera menggumpal karena partikel masih diselubungi mantel
air. Dengan tidak stabilnya protein maka protein akan menggumpal dan lapisan
ini akan hilang sehingga antar butir terjadi kontak dan akhirnya menggumpal
(Djumarti, 2011).
5.1.2 Penambahan Amoniak
Adanya ion OH- di dalam lateks setelah
penambahan amoniak dapat memperbesar kebasaan lateks sehingga pH lateks menjadi
9-10, dengan demikian dapat menambah muatan negatif di sekeliling karet (Suharto,
1978).
Lutoid yang terdapat pada lateks segar mengandung ion
Mg2+ dan Ca2+ yang dapat mengganggu kemantapan lateks.
Ion-ion tersebut dapat dipisahkan dengan membentuk kompleks pada reaksi antara
ion fosfat yang secara alamiah terkandung di dalam serum dengan amoniak yang
telah ditambahkan pada lateks segar. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut
:
Mg2+
+ NH4+ PO43- à MgNH4PO4
Kompleks tersebut mengendap dan dapat dipisahkan melalui
penyaringan (Handoko, 1995).
5.1.3 Penambahan CMC
Penambahan CMC menyebabkan sistem koloid lateks
menjadi sangat labil. Oleh karena itu, sistem segera memberikan reaksi untuk
mencapai kestabilan yang baru. Tingkat kestabilan yang lebih baik
berangsur-angsur dicapai sistem dalam periode waktu satu malam. Satu bagian
atom hidrogen pada gugus hidroksi dalam CMC diganti dengan gugus
natriumkarboksimetil (-CH2COONa). Kelarutan CMC dipengaruhi oleh
derajat substitusinya (DS). Karboksimetilselulosa dengan DS lebih kurang atau
sama dengan 0,3 larut dalam alkali, sedangkan pada DS lebih besar dari 0,4
Na-CMC bersifat larut dalam air. Secara teoritis CMC memiliki DS maksimal tiga
karena gugus anhidro glukosa memiliki tiga buah gugus hidroksil yang dapat
digantikan dengan gugus natriumkarboksimetil (Loo, 1973).
5.2
Skema Kerja dan Fungsi Perlakuan
5.2.1
Perhitungan KKK Lateks Segar
Siapkan 200 ml lateks kemudian
dimasukkan kedalam 2 buah beaker glass masing-masing 100 ml. Selanjutnya
timbang dalam beaker glass untuk mengetahui berat basah (a gram). Kemudian
diberi perlakuan yang berbeda yaitu dengan menambahkan 10 ml asam format 1% dan
10 ml asam asetat 1%. Penambahan asam format dan asam asetat ini berfungsi
untuk menggumpalkan lateks. Perbedaan perlakuan pada praktikum ini bertujuan
untuk mengetahui perbedaan penggumpalan yang terjadi pada lateks tersebut.
Selanjutnya dilakukan pemanasan serta pengadukan. Tahap ini berfungsi untuk
mempercepat penggumpalan lateks. Kemudian dilakukan pengepresan, hal ini
bertujuan untuk menghilangkan kadar air yang ad pada lateks. Setelah dilakukan
pengepresan, permukaan lateks dikeringkan. Hal ini bertujuan untuk
menghilangkan kadar air yang masih tersisa pada karet. Selanjutnya karet
tersebut ditimbang sebagai b gram (berat kering). Terakhir hitung Fp dan KKK.
5.2.2
Pengenceran Lateks pada Pembuatan Karet
Sheet
Tujuan pengenceran itu sendiri untuk
mengetahui jumlah air yg ditambah kan. Langkah pertama yang harus dilakukan
adalah menyiapkan alat dan bahan terlebih dahulu agar pratikum berjalan lancar.
Lateks segar sebanyak 100 ml sebagai bahan utama kemudian dilakukan penyaringan
dengan tujuan agar kotor yang terdapat dalam lateks tidak ikut tercampur. Dan
menentukan KK dan KE. KK adalah KKK lateks kebun dari hasil pratikum acara 1
dan KE adalah KKK lateks yang dikehendaki. Selanjutnya tahap akhir dilakukan
penambahan air sesuai perhitungan. Dalam tahap akhir ini penambahan air harus
sesuai dengan AT karena AT jumlah air
yang ditambahkan. Tujuan dari penambhan air supaya bahan kimia yang terdapat
pada lateks terdistribusi secara sempurna karena lateks mengandung banyak bahan
kimia.
5.2.3 Pengaruh Penambahan Bahan Pendadih
Dan Lama Pemisahan Terhadap Sifat-Sifat Lateks Pekat
Langkah pertama menyiapkan alat dan
bahan terlebih dahulu agar pratikum lancar. Lateks segar masing masing 100 ml
sebagai bahan utama dan di timbang sebagai a gram. Kemudian dilakukan
penyaringan agar kotoran yang terdapat pada lateks tidak ikut tercampur.
Ditambahkan amoniak masing masing 0,5 ml sebagai anti koagulan. Akan tetapi
dalam pratikum ini tidak dilakukan penambahan amonik dikarena pada saat
pengambilan lateks dari pabrik sudah diberi amoniak. Kemudian ditambahkan 5 ml
CMC 1%, ditambahkan 6 ml CMC 1% dan 7 ml CMC 1% sebagai penstabil dan melihat pengaruh
volume CMC pada lateks pekat karena volume yang di tambahkan berbeda selama 4
hari. Selanjutnya dilakukan pemanasan dan pengadukan hingga menggumpal serta
dibiarkan selama 3-4 hari. Setelah itu dilakukan pengepresan untuk mengurangi
kadar air dan dilakukan penimbangan sebagai b gram. Dan tahap terakhir amati
KKK aroma dan warna. Dengan keterangan semakin + maka aroma semakin menyengat
dan semakin + maka warna semakin kuning.
5.3 Analisa Data dan Penyimpangan
5.3.1 Perhitungan KKK Lateks Segar
Berdasarkan
hasil pengamatan dan perhitungan yang telah dilakukan diperoleh nilai KKK pada
lateks dengan perlakuan penambahan asam asetat 1% lebih besar apabila
dibandingkan dengan nilai KKK pada lateks dengan penambahan asamformat 1%.
Nilai lateks yang ditambahkan asam asetat nilai KKK sebesar 45,8427% dn nilai
lateks yang ditambahkan asam format nilai KKK sebesar 42,063%. Nilai FP dari
lateks dengan penambahan asam asetat sebesar 56,23% dan nilai FP dari lateks
dengan penambahab asam format sebesar 52,47%. Jadi nilai FP tertinggi yaitu
pada lateks dengan penambahan asam format. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan
proses pengeringan dan pengepresan lateks. Dalam praktikum yang sudah dilakukan
waktu dan tekanan pengepresan tidak ditentukan sehingga kadar air yang ada pada
karet berbeda dan juga proses pengeringan yang berbeda dapat mengakibatkan
berat basah pada karet berbeda.perbedaan berat basah dapat menghasilkan nilai
KKK yang berbeda. Apabila semakin kecil nilai FP maka nilai KKK semakin besar.
Hal ini menunjukkan bahwa penambahan asam format untuk bahan penggumpal lebih
baik dibandingkan dengan penambahan asam asetat dikarenakan nilai KKK dari
penambhan asam format lebih besar dibandingkan dengan lateks yang ditambahkan
asam asetat.
5.3.2
Pengenceran Lateks pada Pembuatan Karet
Sheet
Berdasarkan
hasil pengamatan dan perhitungan yang telah dilakukan pada acara pengenceran
lateks diperoleh nilai KE 15%.Untuk lateks dengan penambahan asam format 1%
diperoleh nilai KK 42,85% sedangkan untuk lateks dengan penambhan asam asetat
1% diperoleh nilai KK 46,1%. Apabila dibandingkan dengan nilai standar KE
sebesar 15% dan nilai standar KK 20%, maka hasil pada saat praktikum tidak
memenuhi standar atau tidak ada yang mendekati nilai standar. Hal ini
dikarenakan saat dilakukan penggilingan permukaan lateks tidak rata sehingga
ketika dioven, transfer panas dari oven ke lateks juga tidak akan merata. Oleh
sebab itu nilai KK dan KE yang
dihasilkan jauh dari nilai standar. Dan untuk penambahan air dalam pengenceran dilakukakan
berdasarkan nilai KK yang sudah diperoleh, apabila semakin besar nilai KK maka
air yang akan ditambahkan untuk pengenceran semakin banyak juga.
5.3.3 Pengaruh penambahan bahan pendadih
dan lama pemisahan terhadap mutu lateks pekat
Berdasarkan hasil
pengamatan dan perhitungan pada penambahan bahan pendadih dan lama
pemisahan terhadap mutu lateks pekat dihasilkan FP dan KKK pada hari ke-3
adalah CMC 5 ml sebesar (56,58%;41,89%),
CMC 6 ml sebesar (54,047%;43,35%), dan CMC 7 ml sebesar (55,293%;43,24%) sedangkan pada
hari ke-4 adalah CMC
5 ml sebesar (49,63%;47,54%) CMC 6 ml sebesar (56,61%;41,17%) dan CMC 7 ml
sebesar (58,01%;39,67). Bahwa semakin banyak penambahan CMC 1%, maka kestabilan
lateks akan semakin meningkat dan semakin lama penyimpanan kestabilannya juga
semakin meningkat. Dikarenakan semakin banyak penambahan CMC akan membantu
meningkatkan kerapatan skim lateks dan menyebabkan sistem koloid lateks menjadi
sangat labil. Penambahan CMC dapat menyebabkan jari-jari pertikel karet menjadi
lebih besar sehingga mengakibatkan gaya tarik antar partikelnya semakin kecil
dan mengurangi sifat elastisitasnya. Namun pada hari ketiga didapatkan hasil
yang tidak berurutan, karena proses penambahan CMC yang kurrang cermat dan
pengepresan yang kurang baik.
Penambahan CMC juga mempengaruhi warna dan aroma. Pada
pengamatan warna semakin lama waktu penyimpanan maka semakin banyak bercak kuning. Disebabkan saat penyimpanan
dimungkinkan terjadi kontak dengan udara
sehingga senyawa yang terdapat pada lateks terjadi proses oksidasi dan
menyebabkan warna lateks menjadi bercak kuning. Selain itu banyaknya komponen
pada karet yang rusak karena terhentinya proses enzimatis pada karet juga dapat
menyebabkan perubahan warna pada karet.
Pada pengamatan terhadap aroma, dihasilkan semakin lama waktu
penyimpanan maka aroma lateks yang dihasilkan smakin menyengat. Dikarenakan serum C yang mengandung zat yang
terlarut yaitu asam amino, karbohidrat, inositol dan asam organik misalnya asam
nukleat pirofosfat dan askorbat terpisah dan saling bereaksi sehingga
menimbulkan aroma (bau) yang menyengat.
BAB
5. PENUTUP
5.1
Kesimpulan
Dari pembahasan di
atas, dapat disimpulkan bahwa:
a. Lateks
adalah getah yang dihasilkan dari pohon karet.
- Nilai FP tertinggi yaitu pada lateks dengan penambahan asam format
- Penambahan asam format untuk bahan penggumpal lebih baik dibandingkan dengan penambahan asam asetat dikarenakan nilai KKK dari penambhan asam format lebih besar dibandingkan dengan lateks yang ditambahkan asam asetat.
- Semakin besar nilai KK maka air yang akan ditambahkan untuk pengenceran semakin banyak juga
- Semakin banyak penambahan CMC 1%, maka kestabilan lateks akan semakin meningkat
- Semakin lama penyimpanan kestabilannya juga semakin meningkat
- Semakin banyak penambahan CMC akan membantu meningkatkan kerapatan skim lateks dan menyebabkan sistem koloid lateks menjadi sangat labil.
- Penambahan CMC dapat menyebabkan jari-jari pertikel karet menjadi lebih besar sehingga mengakibatkan gaya tarik antar partikelnya semakin kecil dan mengurangi sifat elastisitasnya.
- Penambahan CMC juga mempengaruhi warna dan aroma
- Semakin lama waktu penyimpanan maka semakin banyak bercak kuning
- Semakin lama waktu penyimpanan maka aroma lateks yang dihasilkan smakin menyengat
5.2
Saran
Terimakasih buat
asisten yang baik hati dan sabar.
DAFTAR
PUSTAKA
Aidi dan
Daslin., 1995. Pengelolaan Bahan Tanam
Karet. Pusat Penelitian Karet. Palembang: Balai Penelitian Sembawa.
Alfa, A.A, I. Sailah, dan Y. Syamsu.
2003. Pengaruh Perlakuan Lateks Alam dengan H2O2–NaOCl Terhadap Karakter Lateks
dan Kelarutan Karet Siklo Dari Lateks. Jakarta : Simposium Nasional Polimer IV
Andoko, A
dan Setawan. 1997. Petujuk Lengkap Budidaya
Karet. Jakarta: Penebar Swadaya.
Anwar, C.,
2001. Manajemen dan Teknologi Budidaya Karet. Medan: Pusat Penelitian Karet.
Anonim.
2008. Karet Budidaya. http://www.icraf.org.
[ Diakses Pada Tanaggal 28 November 2013].
Anonim. 2012. Investasi Jitu, Budidaya Karet 4,6 Juta / Bulan .http://www.pupukorganiknasa.com. [Diakses Pada Tanaggal 29 November 2013]
Djumarti. 2011. Diktat Kuliah Teknologi Pengolahan Tembakau, Gula, dan Lateks. Jember : FTP UJ.
Goutara, B. Djatmiko, W. Tjiptadi. 1985. Dasar Pengolahan Karet. Bogor: IPB.
Handoko, B
dan Kosasih. 1995. Penuntun Analisis Lateks. Bogor : Balai Penelitian
Perkebunan Bogor.
Loo, T.G.
1973. Penuntun Praktis untuk Pembuatan Karet. Jakarta : PT. Kinta.
Maryadi., 2005. Manajemen Agrobisnis Karet. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Ompusunggu, M dan Darussamin, A. 1989. Pengolahan Umum Lateks. Sungei Putih: Balai Penelitian Perkebunan
Ramadhan, A., H. Prastanto., dan A.A.
Alfa. 2005. Pengaruh Waktu Reaksi
depolimerisasi Terhadap Viskositas Mooney Karet Mentah Pada Proses Pembuatan
Karet Alam Cair Sistem Redoks. Prosiding Aplikasi Kimia Dalam Pengelolaan
Sumber Daya Alam dan Lingkungan. Yogyakarta : Yayasan Media Utama
Sadjad, M. 1993. Budidaya Tanaman Perkebunan. Jakarta: Rajawali
Press.
Setyamidjaja,
Djoehana. 1993. Karet Budidaya dan Pengolahan. Yogyakarta : Kanisius.
Steenis.
1975. Flora. Jakarta: Paramitha.
Sugito, Y.
1999. Ekologi Tanaman. Malang:
Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya.
Suharto,
1976. Aliran Lateks Komposisi dan Sifat
Lateks. Bandung: Menara Perkebunan
Triwijoso,
Sri Utami. 1995. Pengetahuan Umum Tentang Karet Hevea. Bogor : Balai Penelitian
Teknologi Karet Bogor.
Zuhra,
Cut Fatima. 2006. Karet. Karya Tulis Ilmiah. Medan: Departemen Kimia
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar