ANALISA
MUTU PANGAN DAN HASIL PERTANIAN
NAMA : NURUS ZAHRO
NIM : 121710101044
KELAS : THP-A
KELOMPOK/SHIFT : 1 (Satu)/1
TGL LAPORAN : 25 Oktober 2013
FAKULTAS
TEKNOLOGI PERTANIAN
JURUSAN
TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
UNIVERSITAS
JEMBER
2013
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Vitamin C atau asam askorbat adalah
komponen berharga dalam makanan karena berguna sebagai antioksidan dan
mengandung khasiat pengobatan (Sandra G.,1995). Vitamin C mudah diabsorpsi
secara aktif, tubuh dapat menyimpan hingga 1500 mg vitamin C bila di konsumsi
mencapai 100 mg sehari. Jumlah ini dapat mencegah terjadinya skorbut selama
tiga bulan. Tanda-tanda skorbut akan terjadi bila persediaan di dalam tubuh
tinggal 300 mg. Konsumsi melebihi taraf
kejenuhan akan dikeluarkan melalui urin ( Almatsier., 2001).
Vitamin C pada umumnya hanya
terdapat di dalam pangan nabati, yaitu sayur dan buah seperti jeruk, nenas,
rambutan, papaya, gandaria, tomat, dan bawang putih (Allium sativumL)
(Almatsier., 2001). Peranan utama vitamin C adalah dalam
pembentukan kolagen interseluler.Kolagen merupakan senyawa protein yang banyak
terdapat dalam tulang rawan, kulit bagian dalam tulang, dentin, dan vasculair
endothelium. Asam askorbat sangat penting peranannya dalam proses hidroksilasi
dua asam amino prolin dan lisin menjadi hidroksi prolin dan
hidroksilisin.Penetapan kadar Vitamin C dalam suasana asam akan mereduksi
larutan dye membentuk larutan yang tidak berwarna. Apabila semua asam askorbat
sudah mereduksi larutan dye sedikit saja akan terlihat dengan terjadinya
perubahan warna (merah jambu).
Terdapat beberapa metode untuk mengetahui kadar
vitamin C pada suatu bahan pangan. Diantaranya adalah metode titrasi dan metode
spektrofotometri. Namun, pada praktikum kali ini, metode
yang digunakan adalah metode titrasai iodin.
1.2 Tujuan
Untuk mengetahui analisis kadar vitamin
pada bahan pangan dan hasil pertanian.
BAB
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Vitamin C
2.1.1 Definisi Vitamin C
Vitamin C adalah vitamin
yang tergolong vitamin yang larut dalam air. Sumber Vitamin C sebagian besar
tergolong dari sayur-sayuran dan buah-buahan terutama buah-buahan segar. Asupan
gizi rata-rata sehari sekitar 30 sampai 100 mg vitamin C yang dianjurkan untuk
orang dewasa. Namun, terdapat variasi kebutuhan dalam individu yang berbeda
(Sweetman, 2005).
Asam askorbat (vitamin C) adalah turunan heksosa dan
diklasifikasikan sebagai karbohidrat yang erat kaitannya dengan monosakarida.
Vitamin C dapat disintesis dari D-glukosa dan D-galaktosa dalam
tumbuh-tumbuhan dan sebagian besar hewan. Vitamin C terdapat dalam dua bentuk
di alam, yaitu L-asam askorbat (bentuk tereduksi) dan L-asam dehidro askorbat
(bentuk teroksidasi). Oksidasi bolak-balik L-asam askorbat menjadi L-asam
dehidro askorbat terjadi apabila bersentuhan dengan tembaga, panas, atau
alkali (Akhilender, 2003).
2.1.2 Kegunaan Vitamin C Bagi Tubuh dan Makanan
Vitamin C mempunyai
banyak fungsi di dalam tubuh. Pertama, fungsi vitamin C adalah sebagai sintesis
kolagen. Karena vitamin C mempunyai kaitan yang sangat penting dalam
pembentukan kolagen. Karena vitamin C diperlukan untuk hidroksilasi prolin
dan lisin menjadi hidroksiprolin yang merupakan bahan penting dalam
pembentukan kolagen. Kolagen merupakan senyawa protein yang mempengaruhi
integritas struktur sel di semua jaringan ikat, seperti pada tulang rawan,
matriks tulang, gigi, membrane kapiler, kulit dan tendon. Dengan demikian maka
fungsi vitamin C dalam kehidupan sehari-hari berperan dalam penyembuhan luka,
patah tulang, perdarahan di bawah kulit dan perdarahan gusi. Asam askorbat
penting untuk mengaktifkan enzim prolil hidroksilase, yang menunjang
tahap hidroksilasi dalam pembentukan hidroksipolin, suatu unsure integral
kolagen. Tanpa asam askorbat, maka serabut kolagen yang terbentuk di semua
jaringan tubuh menjadi cacat dan lemah. Oleh sebab itu, vitamin ini penting
untuk pertumbuhan dan kekurangan serabut di jaringan subkutan, kartilago,
tulang, dan gigi (Guyton, 2007).
Fungsi yang kedua
adalah absorbsi dan metabolisme besi, vitamin C mereduksi besi menjadi feri dan
menjadi fero dalam usus halus sehingga mudah untuk diabsorbsi. Vitamin C
menghambat pembentukan hemosiderin yang sulit dibebaskan oleh besi
apabila diperlukan. Absorbsi besi dalam bentuk nonhem meningkat empat kali lipat
apabila terdapat vitamin C. Fungsi yang ketiga adalah mencegah infeksi, Vitamin
C berperan dalam meningkatkan daya tahan tubuh terhadap infeksi. Pauling (1970)
pernah mendapat hadiah nobel dengan bukunya Vitamin C and the common cold,
di mana pauling mengemukakan bahwa dosis tinggi vitamin C dapat mencegah dan
menyembuhkan serangan flu (Pauling, 1970).
Penelitian menunjukkan
bahwa vitamin C memegang peranan penting dalam mencegah terjadinya aterosklerosis.
Vitamin C mempunyai hubungan dengan metabolisme kolesterol. Kekurangan vitamin
C menyebabkan peningkatan sintesis kolesterol. Peran Vitamin C dalam metabolism
kolesterol adalah melalui cara: 1) vitamin C meningkatkan laju kolesterol
dibuang dalam bentuk asam empedu, 2) vitamin C meningkatkan kadar HDL,
tingginya kadar HDL akan menurunkan resiko menderita penyakit aterosklerosis,
3) vitamin C dapat berfungsi sebagai pencahar sehingga dapat meningkatkan
pembuangan kotoran dan hal ini akan menurunkan pengabsorbsian kembali asam
empedu dan konversinya menjadi kolesterol (Khomsan, 2010).
2.2
Penjelasan bahan baku
2.2.1 Jambu
Biji Merah
Jambu biji merah (Psidium guajava L.) adalah salah satu buah heksotis dan dikenal
dengan nama lain sepeti jambu klutuk atau jambu batu. Jambu biji merah termasuk
dalam kelompok jambu biji bersama dengan jambu mangkok, jambu paris, dan jambu
susu. Jambu biji berbentuk bulat dengan diameter kurang lebih 5 cm dan panjang
4-12 cm. Kulit buah berwarna kuning kehijauan dengan daging buah berwarna merah
muda sampai merah (Satuhu dan Sjaifullah, 1994).
Kandungan gizi dalam 100 gram buah
jambu biji merah adalah 36-50 kalori, 77-86 g air, 2,8-5,5 g serat, 0,9-1,0 g
protein, 0,1-0,5 g lemak, 0,43-0,7 g abu, 9,5-10 g karbohidrat, 9,1-17 mg
kalsium, 17,8-30 mg fosfor, 0,3-0,7 mg besi, 200-400 IU vitamin A, 200-400 mg
vitamin C, 0,046 mg vitamin B1, 0,03-0,04 mg vitamin B2, 0,6-1,068 mg vitamin
B3 dan 82% bagian yang dimakan (Cahyono, 2010).
2.2.2 Jeruk
Jeruk
(Citrus sp) adalah tanaman buah tahunan yang berasal dari Asia. Spiege l-Roy
and Goldschmidt (1996) mengatakan bahwa China di percaya sebagai tempat pertama
kali jeruk tumbuh. Balai Pelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika
(Balitjestro), Badan litbang Pertanian di Malang telah mengumpulkan lebih
kurang 160 jenis jeruk yang dieksplorasi mulai dari Sabang sampai Merauke serta
beberapa jenis jeruk import. Beberapa jenis jeruk diantaranya adalah jeruk
keprok Tejakula, Sipirok, Kacang, Siam Banjar, Siompu, Simadu, Bali Merah,
Crifta 01, Jemari Taji, Pamelo Ratu,
Raja, Magetan, Sri Nyonya, Nambangan, jeruk manis Pacitan dan lain-lainnya dan
dapat tumbuh dan berproduksi di Indonesia mulai dari dataran rendah sampai
dataran tinggi, baik dilahan sawah maupun tegalan. Dari semua jenis jeruk
tersebut, jeruk siam, jeruk baby, jeruk keprok, jeruk Bali, jeruk nipis dan
jeruk purut merupakan jenis jeruk lokal paling banyak dibudidayakan di
Indonesia. Sedangkan jeruk yang diintroduksi paling banyak adalah jenis Lemon
dan Grapefruit. Sekitar 70-80% pertanaman jeruk di Indonesia adalah jeruk siam,
sedangkan jenis jeruk lainnya adalah jeruk keprok, dan pamelo (Badan Litbang
Pertanian 2005).
Komposisi Kimia dan Nilai Gizi per
100 gram Sari Buah Jeruk
Komponen
|
Jumlah
|
Kalori (kal)
Protein (g)
Lemak (g)
Karbohidrat (g)
Kalsium (mg)
Fosfor (mg)
Vitamin A (SI)
Vitamin B1(mg)
Vitamin C (mg)
Air (g)
|
44,00
0,80
0,20
11,00
19,00
16,00
190,00
0,08
49,00
87,50
|
Sumber : Departemen Kesehatan RI (1989)
2.2.3
Tomat
Tomat (Solanum lycopersicum) merupakan salah satu
tanaman yang sangat dikenal oleh masyarakat Indonesia. Namun pemanfaatannya
hanya sebatas sebagai lalap dan bahan tambahan dalam masakan. Kandungan senyawa
dalam buah tomat di antaranya solanin (0,007 %), saponin, asam folat, asam
malat, asam sitrat, bioflavonoid (termasuk likopen, α dan ß-karoten), protein,
lemak, vitamin, mineral dan histamin (Canene-Adam, dkk.,
2004). Tomat mengandung komponen nutrisi terutama kaya akan vitamin dan
mineral. Dalam satu buah tomat segar ukuran sedang (100 gram) mengandung
sekitar 30 kalori, 40 mg vitamin C, 1500 SI vitamin A, 60 ug tiamin (vitamin
B), zat besi, kalsium dan lain-lain (Depkes RI, 1972). Menurut Tonucci et al
(1995) komposisi zat gizi yang terkandung di buah tomat cukup lengkap.
Vitamin A dan C merupakan zat gizi yang jumlahnya cukup dominan dalam buah
tomat. Menurut Jungs and Wells (1997) vitamin C dapat berbentuk sebagai asam
L-askorbat dan asam L-dehidroaskorbat yang keduanya mempunyai keaktifan sebagai
vitamin C.
Kandungan vitamin C yang cukup tinggi
pada tomat berperan untuk mencegah penyakit sariawan, memelihara kesehatan gigi
dan gusi, mempercepat sembuhnya luka serta mencegah kerusakan atau pendarahan
pada pembuluh darah halus. Senyawa likopen dapat menurunkan risiko terkena
kanker, terutama kanker prostat, lambung, tenggorokan dan kanker usus besar.
Kandungan asam klorogenat dan asam p-kumarat di dalam tomat mampu melemahkan
zat nitrosamin penyebab kanker (Tri Dewanti, 2010)
2.2.4
Marimas
Marimas merupakan produk minuman yang disajikan
dalam bentuk instan maupun siap saji. Marimas sekarang sudah mempunyai berbagai
macam rasa seperti jeruk, jambu, sirsak, kelapa muda,blueberry dan berbagai
jenis buah lainnya. Jumlah persajian pada marimas energi total 30 kkal, energi
lemak 0 kkal.
|
|
% akg
|
Lemak total
|
0 G
|
0 %
|
Protein
|
0 G
|
3%
|
Karbohidrat total
|
8 G
|
-
|
Gula
|
7 G
|
-
|
Natrium
|
15 Mg
|
1%
|
Vitamin C
|
-
|
25%
|
Kalsium
|
-
|
4%
|
Peran akg berdasarkan
kebutuhkan energi 2000 kkl. Kebutuhan energi anda mungkin leih tinggi atau
lebih rendah.
2.3
Macam-Macam Analisa
Vitamin C
Terdapat beberapa metode untuk mengetahui kadar
vitamin C pada suatu bahan pangan yaitu metode titrasi dan metode
spektrofotometri.
a. Metode Titrasi
1. Metode Titrasi 2,6 D
(Dichloroindophenol)
Metode ini menggunakan 2,6 D dan menghasilkan hasil yang lebih spesifik dari
titrasi yodium. Pada titrasi ini, persiapan sampel ditambahkan asam oksalat
atau asam metafosfat, sehingga mencegah logam katalis lain mengoksidasi vitamin
C. Namun, metode ini jarang dilakukan karena harga dari larutan 2,6 dan
asam metafosfat sangat mahal (Wijanarko, 2002).
2. Titrasi
Asam-Basa
Titrasi Asam Basa merupakan contoh analisis volumetri, yaitu, suatu cara atau
metode, yang menggunakan larutan yang disebut titran dan dilepaskan dari
perangkat gelas yang disebut buret. Bila larutan yang diuji bersifat basa maka
titran harus bersifat asam dan sebaliknya. Untuk menghitungnya kadar vitamin C
dari metode ini adalah dengan mol NaOH = mol asam Askorbat (Sastrohamidjojo,
2005).
3. Iodium
Metode ini paling banyak digunakan, karena murah, sederhana, dan tidak
memerlukan peralatan laboratorium yang canggih. titrasi ini memakai Iodium
sebagai oksidator yang mengoksidasi vitamin C dan memakai amilum sebagai
indikatornya. (Wijanarko, 2002).
b. Metode Spektrofotometri
Pada
metode ini, larutan sampel (vitamin C) diletakkan pada sebuah kuvet yang
disinari oleh cahaya UV dengan panjang gelombang yang sama dengan molekul pada
vitamin C yaitu 269 nm. Analisis menggunakan metode ini memiliki hasil yang
akurat. Karena alasan biaya, metode ini jarang digunakan (Sudarmaji, 2007).
2.4 Prinsip
Analisa Titrasi Iodin
Metode ini paling banyak digunakan, karena murah, sederhana, dan tidak
memerlukan peralatan laboratorium yang canggih. titrasi ini memakai Iodium
sebagai oksidator yang mengoksidasi vitamin C dan memakai amilum sebagai
indikatornya. (Wijanarko, 2002). Metode titrasi
iodometri langsung (iodimetri) mengacu kepada titrasi dengan suatu larutan iod
standar. Metode titrasi iodometri tak langsung (iodometri) adalah berkenaan
dengan titrasi dari iod yang dibebaskan dalam reaksi kimia (Bassett, 1994).
Larutan standar yang digunakan dalam kebanyakan proses iodometri adalah natrium
tiosulfat. Garam ini biasanya berbentuk sebagai pentahidrat Na2S2O3.5H2O.
Larutan tidak boleh distandarisasi dengan penimbangan secara langsung, tetapi
harus distandarisasi dengan standar primer. Larutan natrium thiosulfat tidak
stabil untuk waktu yang lama (Day & Underwood, 1981) Tembaga murni dapat
digunakan sebagai standar primer untuk natrium thiosulfat dan dianjurkan
apabila thiosulfat harus digunakan untuk penentuan tembaga. (Day &
Underwood, 1981).
Dalam menggunakan metode iodometrik kita
menggunakan indikator kanji dimana warna dari sebuah larutan iodin 0,1 N cukup
intens sehingga iodin dapat bertindak sebagai indikator bagi dirinya sendiri.
Iodin juga memberikan warna ungu atau violet yang intens untuk zat-zat pelarut
seperti karbon tetra korida dan kloroform. Namun demikan larutan dari kanji
lebih umum dipergunakan, karena warna biru gelap dari kompleks iodin–kanji
bertindak sebagai suatu tes yang amat sensitiv untuk iodine. Dalam beberapa
proses tak langsung banyak agen pengoksid yang kuat dapat dianalisis dengan
menambahkan kalium iodida berlebih dan mentitrasi iodin yang dibebaskan. Karena
banyak agen pengoksid yang membutuhkan larutan asam untuk bereaksi dengan
iodin, Natrium tiosulfat biasanya digunakan sebagai titrannya.
BAB 3. METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
a.
Mortar
b.
Alu
c.
Spatula
d.
Labu
Takar 100 ml
e.
Erlenmeyer
250 ml
f.
Buret
50 ml
g.
Alat
sentrifuge
h.
Tabung
sentrifuge
i.
Magnetic
stirer
j.
Neraca
OHAUS
k.
Pipet
volume
l.
Beaker
glass 250ml
m.
Corong
n.
Bulb
pipet
o.
Penangan
p.
Pisau
q.
Gelas
ukur
r.
Pipet
tetes
3.1.2 Bahan
a. Tomat
b. Jeruk
c. Marimas
d. Jambu Biji Merah
e.
Larutan
Iodium 0,01 N
f.
Larutan
amilum 1%
g. Kertas Filter
h. Aquades
i.
Tissue
3.2
Prosedur Analisa
Persiapan
bahan sangat berperan penting dalam proses analisa, bahan digunakn sebagai
sampel. Bahan yang digunakan yaitu jeruk buah. Langkah pertama yang dilakukan
dalam analisa kadar vitamin C menyiapkan bahan lalu timbang bahan tersebut
untuk mengetahui berat awal bahan tersebut. Kemudian, dihancurkan atau ditumbuk
untuk memperkecil ukuran dan memperluas permukaan bahan sehingga mempermudah
proses ekstraksi bahan. Setelah bahan
akan di peroleh slury di timbang sebanyak 20 gram sebagai sampel.
Kemudian, ditambahkan aquades sebanyak 50 ml untuk melarutkan vitamin lalu
distirer yang berguna untuk menghomogenkan larutan. Setelah itu diambil 35 ml
dari sampel sebanyak 2 kali, dimasukkan dalam tabung sentrifuse untuk
sentrifugasi selama 10 menit, tujuannya untuk memisahkan larutan dengan endapan
berdasarkan berat jenisnya.Setelah disentrifus selama 10 menit, larutan
disaring dengan kertas saring untuk memisahkan filter dan filtrate. Lalu, dimasukkan dalam labu ukur dan ditera sampai
100 ml seagai pengenceran, kemudian dinmasukkan ke dalam beaker glass masing –
masing 25 ml. Selanjutnya, ditambahkan amilium sebanyak 2 ml sebagai indokator
titik akhir titrasi dan dititrasi dengan iodin dan analisa hasilnya. Indicator
titik akhir titrasi ditandai dengan perubahan warna biru yang merupakan reaksi
antara amilum dengan larutan iodin.
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Tabel
Perhitungan Kadar Vitamin C
Sampel
|
ulangan
|
Kadar
vitamin c (%)
|
Jeruk
buah
|
1
|
30,79
%
|
2
|
16,71
%
|
|
3
|
15,83
%
|
|
4
|
32,55
%
|
|
Rata-rata
SD
RSD
|
23,97
%
|
|
8,92
|
||
37,2
|
4.2 Pembahasan
4.2.1 Data Perhitungan Vitamin C
Percobaan penetapan kadar vitamin C pada
praktikum kali ini dengan menggunakan sampel minuman yang mengandung vitamin C
yaitu jeruk yang diperas airnya. Fungsi larutan standart yodium ialah pereaksi
untuk memperlihatkan jumlah vitamin C yang terdapat dalam sampel menjadi
senyawa dehidro askorbat sehingga akan berwarna biru tua karena pereaksi yang
berlebih. Fungsi amylum ialah untuk meningkatkan kecepatan percobaan (sebagai
indikator). Reaksi ini disebut reaksi IODIMETRI karena terjadi perubahan dari
tidak berwarna (bening) menjadi berwarna biru tua.
Proses
pengujian untuk
sample jeruk dilakukan hanya dengan 1 kali
pengenceran yaitu 100 mL, dan dilakukan 4 kali pengujian sehingga
saat praktikum dilakukan 4 kali titrasi. Hal tersebut dilakukan
karena pada pengujian pertama/titrasi pertama dengan pengenceran 100
mL tersebut, volume titran yang diperoleh kurang memuaskan karena
tetesan dari buret tidak lancar dan dalam mengaduk erlenmeyer juga tidak
konsisten. Untuk sample dengan pengenceran 100 mL berat sample yang
berhasil ditimbang adalah 20,001 g, sample ditimbang dalam gelas
kimia dengan menggunakan neraca ohaus dan diencerkan dengan menggunakan
aquadest sampai tanda batas.
Setelah
sample ditimbang dan diencerkan, selanjutnya sample dipipet sebanyak 10 mL
dan dimasukan dalam erlenmeyer, kemudian ditmabahkan amilum 1% sebagai
indikator, setelah itu dititrasi dengan menggunakan I2 0,01 N. Proses
titrasi dilakukan sampai larutan dalam erlenmeyer berubah warna menjadi biru,
warna biru yang dihasilkan merupakan iod-amilum yang menandakan bahwa proses
titrasi telah mencapai titik akhir, indikator yang dipergunakan dalam analisa
vitamin C dengan metode iodimetri adalah larutan amilum.
Berdasarkan
hasil yang diperoleh dari percobaan ini, setelah dilakukan sebanyak 4X, ml
titran yang digunakan mempunyai rata-rata 23,97 ml. Kadar vitamin C
setelah perhitungan diperoleh hasil berturut-turut 30,79, 16,71, 15,83, 32,55
mg/100 gr sampel. Dari data tersebut dpat diketahui bahwa semakin kecil volume
titrasi maka semakin kecil kadar vitamin C pada bahan tersebut. Sedangkan,
kadar vitamin c tertinggi diperoleh pada ulangan ke-4 yaitu sebesar 32,55
mg/100 gr sampel hal ini dikarenakan memilki volume titrsi yang paling besar.
Dari data tersebut kemudian di hitung rata-rata, SD dan RSD di dapatkan hasil
perhitungan berturut-turut23,97, 8,92, dan 37,2 %.
Vitamin C
memiliki sifat yang mudah rusak dan mudah larut dalam air, sehingga mudah
teroksidasi. Pada saat titrasi, warna yang diperoleh adalah pada saat 15 detik
pertama. Sehingga jika lebih hasil yang diperoleh juga akan berbeda yang dapat
mempengaruhi hasil yang sesungguhnya. Hal tersebut di atas juga dapat
disebabkan oleh jenis sample (jeruk) yang digunakan mungkin saja berbeda baik
dari segi jenis, varietas, tingkat keasaman, dan hal-hal lainnya yang
menyebabkan ketidaksamaan data yang didapat.
Kadar
dari vitamin C, dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu Keadaan buah tersebut,
semakin layu/kusut atau tidak segarnya vitamin menyebabkan kadar vitamin C yang
terkandung dalam buah tersebut berkurang. Waktu dalam mengekstrasi juga
mempengaruhi kadar vitamin C, semakin lama waktu mengekstrasi kandungan vitamin
C akan semakin berkurang.
4.2.2 Grafik Hasil Pengamatan
Dilihat dari
diagram analisa kadar vitamin C diatas, kadar vitamin C tertinggi terdapat pada
jeruk. Hal ini mungkin disebabkan jeruk yag digunakan masih dalam keadaan yang
masih baik dan belum terlalu tua. Karena apabila jeruk terlalu tua maka kadar
vitamin C-nya akan menurun dan sebaliknya. Jika jeruk masih muda atau belum
terlalu tua maka kadar vitamin C-nya lebih banyak. Pada tomat berada pada
posisi dua. Hal ini mungkin disebabkan tomat yang digunakan masih muda
sehingga. Karena apabila tomat masih muda kadar vitamin C-nya rendah dan
sebaliknya. Jika tomat sudah matang sempurna maka kadar vitamin C-nya lebih
banyak. Sedangkan pada marimas kadar vitamin C-nya paling rendah. Karena pada
marimas tidak terdapat vitamin C yang alami melainkan perisa. Jika dibandingkan
dengan litertur kadar vitamin C pada tomat 0,04 %, jeruk 0,049 %, dan marimas
tidak terdapat vitamin C yang alami melainkan perisa. Hal ini menunjukkan perbedaan
antara kadar vitamin C pada literatur dengan hasil analisa. Penyebab perbedaan
tersebut dikarenakan bahan yang digunakan tidak sama dengan bahan yang
digunakan pada pengujian litertur. Selain itu, pada literatur bahan yang
digunakan dalam 100 gram bahan sedangkan pada analisa hanya 20 gram. Hal yang
juga dapat menyebabkan perbedaan adalah perlakuan saat analisa, seperti
penyaringan, pada saat sentrifugasi, penambahan amilum maupun iodin yang kurang
benar. Hal yang dapat menunjukkan bahwa perlakuan analisa kurang baik adalah
dari hasil SD yang menunjukkan SD lebih dari 5 sehingga keakuratannya
diragukan.
BAB 5. PENUTUP
5.1
Kesimpulan
Dari
pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa :
a.
Vitamin C adalah vitamin yang tergolong vitamin yang
larut dalam air
b.
Asam askorbat (vitamin C) adalah turunan heksosa
dan diklasifikasikan sebagai karbohidrat yang erat kaitannya dengan
monosakarida
c.
Vitamin C
memegang peranan penting dalam mencegah terjadinya aterosklerosis.
d.
Kandungan
gizi dalam 100 gram buah jambu biji merah adalah 36-50 kalori, 77-86 g air,
2,8-5,5 g serat, 0,9-1,0 g protein, 0,1-0,5 g lemak, 0,43-0,7 g abu, 9,5-10 g
karbohidrat, 9,1-17 mg kalsium, 17,8-30 mg fosfor, 0,3-0,7 mg besi, 200-400 IU
vitamin A, 200-400 mg vitamin C, 0,046 mg vitamin B1, 0,03-0,04 mg vitamin B2,
0,6-1,068 mg vitamin B3 dan 82% bagian yang dimakan
e.
Jeruk
mengandung kadar vitamin C sebesar 49 mg dalam 100 gram sari buah jeruk
f.
Tomat
mengandung kadar vitamin C sebesar
40 mg vitamin C dalam 100 gram sari buah jeruk
g.
Metode
titrasi iodometri langsung (iodimetri) mengacu kepada titrasi dengan suatu
larutan iod standar
5.2 Saran
- Pada saat menjelaskan teori lebih jelas agar praktikan lebih paham
- Selesai meggunakan alat laboratorium, segera dicuci dan kembalaik ke tempat semula.
DAFTAR PUSTAKA
Akhilender. 2003. Dasar-Dasar Biokimia I. Erlangga,
Jakarta.
Almatsier
S. 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama
Badan
Litbang Pertanian. 2005. Prospek dan arah
Pengembangan Agribisnis Jeruk. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian,
Departemen Pertanian. 39 h.
Cahyono, Bambang. 2010. Sukses
Budi Daya Jambu Biji di Pekarangan dan
Perkebunan. Yogyakarta: Lily Publisher.
Canene-Adams
K., Clinton, S.K., King, J. L., Lindshield, B. L., Wharton C., Jeffery, E.
& Erdman, J. W. Jr. 2004. The growth
of the Dunning R-3327-H transplantable prostate adenocarcinoma in rats fed
diets containing tomato, broccoli, lycopene, or receiving finasteride treatment.
FASEB J. 18: A886 (591.4).
Day, R.A. dan A.L. Underwood. 1981. Analisa Kimia Kuantitatif, Edisi
Keempat. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Depkes RI.
(1989). Materia Medika Indonesia.
Jilid V. Jakarta: Direktorat Jenderal Pengawasan Obat Dan Makanan. Halaman
194-197, 513-520, 536, 539-540,549-552.
Guyton, A .
C . 2007. Biokimia untuk Pertanian.
USU-Press, Medan
Jung,
H.C. and Wells, W.W. 1997. Spontaneous
Conversion of L-Dehydroascorbic Acid to L-Ascorbic Acid and L-Erythroascorbic
Acid. Biochemistry & Biophysic Article. 355:9-14.
Khomsan,
Ali. 2010. Pangan dan Gizi untuk
Kesehatan. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada
Pauling, L.
1971. General Chemistry ed isi4. Gaya Baru, Jakarta.
Sandra
Goodman., (1991). Vitamin C : The Master
Nutrient. Dalam : Muhilal dan Komari., (1995). Ester-C. Vitamin C Generasi
III. Cetakan ketiga. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, Halaman 96-97
Sastrohamidjojo,
Hardjono. 2005. Kimia Dasar. Yogyakarta: UGM Press
Satuhu, S.,. 1994. Penanganan dan Pengolahan Buah. Jakarta: Penebar Swadaya
Sherwood, L
. 2001. Biochemistry for Dental Students.
CBS Publishers and Distributor, New Delhi.
Spiege l-Roy
P and Goldschmidt EE. 1996. Biology Of
Citrus. Cambridge University Press. 221 p
Sunita Sudarmadji,
A. M. dan Lana Sularto, 2007. “Pengaruh
Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Leverage, dan Tipe Kepemilikan Perusahaan
Terhadap Luas Voluntary Disclosure Laporan keuangan Tahunan”, Jurnal PESAT
(Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitek & Sipil), Volume 2, Universitas
Gunadarma, Jakarta
Tonucci,
L., M.J. Holden, G.R. Beecher, F. Khacik, C.S. Davis, and G Mulokozi (1995), ”carotenoid content of thermally processed
tomato based food product”, J. Agric, Food Chem., (43):579-586.
Tri Dewanti Ir.W., M.Kes, dkk. 2010. Aneka Produk Olahan Tomat Dan Cabe.
Malang: Universitas Brawijaya.
10 Alasan mengonsumsi CNI Sun Chlorella:
BalasHapus1. Mengandung nutrisi lengkap yang diperlukan untuk menjaga kesehatan.
2. Kandungan antioksidan yang tinggi untuk mencegah penyakit.
3. Memiliki segala manfaat dan kebaikan sayur-sayuran.
4. Mengandung protein dan asam nukleat yang merangsang peremajaan sel.
5. Kandungan klorofilnya yang tinggi.
6. Membantu pembuangan racun kimia dan logam berat (detoksifikasi).
7. Memiliki efek anti radang.
8. Merangsang pertumbuhan bakteri menguntungkan/probiotik.
9. Meningkatkan system kekebalan tubuh/imunitas.
10. Membantu penyembuhan luka.
Informasi dan pemesanan hubungi :
Tlp : 0331-421044
Hp Ida : 081238665515
Alamat kami :
Jl. PB Sudirman No. 47 RT 1/1, Jember
Thanks 😄
BalasHapusIzin copas ya
BalasHapusMksh sangat membantu
BalasHapus