Rabu, 04 Desember 2013

Laporan Lateks



BAB 1 PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Komoditi perkebunan terdiri dar beberapa macam, salah satunya adalah tanaman karet. Setiap bagian pohon karet jika dilukai akan mengeluarkan getah susu yang disebut lateks. Diantara tanaman tropis hanya tanaman karet (havea bracileansis) yang telah dikembangkan dan mencapai tingkat perekonomian yang penting. Tanaman karet menduduki posisi cukup penting sebagai sumber devisa non migas bagi Indonesia, sehingga memiliki prospek yang cerah. Oleh sebab itu upaya peningkatan produktifitas usaha tani karet terus dilakukan terutama dalam bidang teknologi budidayanya.
Dalam perkembangannya getah karet atau lateks tidak hanya digunakan dalam industri ban saja. Semakin lama, banyak barang yang dibuat dengan berbahan dasar lateks. Mulai dari sarung tangan operasi hingga barang barang kebutuhan sehari – hari. Lateks juga dapat diolah dalam bentuk karet sheet, crepe, lateks pekat dan karet remah (Crumb rubber).
Pengolahan lateks akan berpengaruh terhadap mutu karet yang dihasilkan. Umumnya karet rakyat bermutu rendah karena alat dan cara pengolahannya masih sangat sederhana. Namun dengan seirng dengan berkembangnya zaman, teknologi pengolaha lateks bermacam-macam ditemukan sehingga mutu karet yang dihasilkan lebih bagus dari yang sebelumnya.
Dalam praktikum ini akan dipelajari tahap-tahap pengolahan lateks menjadi karet sheet dan juga mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhi mutu karet yang dihasilkan.



1.2  Tujuan
1.2.1   Umum
Setelah mempelajari secara teoritis dan praktek laboratorium, diharapkan dapat memahami proses pengolahan lateks, faktor-faktor proses, pengendalian proses dan mutu yang dihasilkan.
1.2.2   Khusus
Setelah mempelajari secara teoritis dan praktek laboratorium, diharapkan:
1.      Dapat menjelaskan pengaruh kualitas bahan dasar terhadap kualitas karet yang dihasilkan
2.      Dapat menjelaskan beberapa macam proses pengolahan macam proses pengolahan karet alam yaitu karet sheet, crepe, lateks dan crumb rubber
3.      Dapat menjelaskan cara-cara pengawasan mutu pada karet sheet, crepe, lateks pekat dan crumb rubber.


BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Karet dan Klasifikasinya
2.1.1 Tanaman Karet
Tanaman karet merupakan pohon yang tumbuh tinggi dan berbatang cukup besar . Tinggi pohon dewasa mencapai 15-25 meter. Batang tanaman biasanya tumbuh lurus dan memiliki percabangan yang tinggi diatas. Dibeberapa kebun karet ada beberapa kecondongan arah tumbuh tanamanya agak miring kearah utara. Batang tanaman ini mengandung getah yang dikenal dengan nama lateks. Daun karet terdiri dari tangkai daun utama dan tangkai anak daun. Panjang tangkai daun utama 3-20cm. Panjang tangkai anak daun sekitar 3-10 cm dan pada ujungnya terdapat kelenjar. Biasanya ada tiga anak daun yang terdapat pada sehelai daun karet. Anak daun berbentuk eliptis, memanjang dengan ujung meruncing.Tepinya rata dan gundul.  Biji karet terdapat dalam setiap ruang buah. Jadi, jumlah biji biasanya ada tiga kadang enam sesuai dengan jumlah ruang. Ukuran biji besar dengan kulit keras. Warnanya coklat kehitaman dengan bercak-bercak berpola yang khas. Sesuai dengan sifat dikotilnya, akar tanaman karet merupakan akar tunggang. Akar ini mampu menopang batang tanaman yang tumbuh tinggi dan besar (Setyamidjaja, 1993).
2.1.2 Klasifikasi Tanaman Karet
Menurut Steenis (1975), klasifikasi botani tanaman karet adalah sebagai berikut :
Kingdom         : Plantae
Divisio             : Spermatophyta
Class                : Dicotyledoneae
Ordo                : Euphorbiales
Famili              : Euphorbiaceae
Genus              : Hevea
Spesies            : Hevea brassiliensis Muell. Arg.
                                                                               Sumber: http://www.pupukorganiknasa.com
          Sistem perakarannya kompak. Akar karet termasuk akar tunggang yang dapat menghujam tanah hingga kedalaman 1-2 m. Akar lateralnya dapat menyebar sejauh 10 m (Andoko dan Setiawan, 1997).
Batangnya bulat atau silindris, kulit kayunya halus, rata berwarna pucat hingga kecoklatan, sedikit bergabus. Apabila dipotong akan mengeluarkan getah sebagai hasil perkebunan karet. Beberapa kebun karet, ada kecondongan arah tumbuh tanaman agak miring kearah utara. Batang tanaman ini menandung getah yang biasa disebut lateks (http://www.icraf.org., 2008).
Tangkai daun utama 3-20 cm. Daun berbentuk elips memanjang dengan ujung runcing atau lancip. Tepinya rata. Pada tiap tangkai tumbuh 3 helai daun. Daunnya tersusun melingkar batang (spiral), berambut. Bunganya bergerombol muncul dari ketiak daun (aksilar), individu bunga bertangkai pendek, bunga betina tumbuh di ujung  (Sadjad, 1993).Daun karet terdiri dari tangkai daun utama dan tangkai anak daun. Panjang tangkai daun utama 3-20cm. Panjang tangkai anak daun sekitar 3-10cm dan pada ujungnya terdapat kelenjar. Biasanya ada tiga anak daun yang terdapat pada sehelai daun karet. Anak daun berbentuk eliptis, memanjang dengan ujung meruncing, tepinya rata dan gundul (Anwar, 2001).
Biji karet terdapat dalam setiap ruang buah. Jadi jumlah biji biasanya ada tiga kadang enam sesuai dengan jumlah ruang. Ukuran biji besar dengan kulit keras. Warnaya coklat kehitaman dengan bercak-bercak berpola yang khas (Aidi dan Daslin, 1995).
Bunga pada tajuk dengan membentuk mahkota bunga pada setiap bagian bunga yang tumbuh. Bunga berwarna putih, rontok bila sudah membuahi, beserta tangkainya. Bunga terdiri dari serbuk sari dan putik (Maryadi. 2005).

2.2 Pengertian Lateks Segar dan Lateks Pekat
2.2.1 Lateks Segar
Lateks segar adalah getah kental, seringkali mirip susu, yang dihasilkan banyak tumbuhan dan membeku ketika terkena udara bebas. Selain tumbuhan, beberapa hifa jamur juga diketahui menghasilkan cairan kental mirip lateks. Pada tumbuhan, lateks diproduksi oleh sel-sel yang membentuk suatu pembuluh tersendiri, disebut pembuluh lateks. Sel-sel ini berada di sekitar pembuluh tapis (floem) dan memiliki inti banyak dan memproduksi butiran-butiran kecil lateks di bagian sitosolnya. Apabila jaringan pembuluh sel ini terbuka, misalnya karena keratan, akan terjadi proses pelepasan butiran-butiran ini ke pembuluh dan keluar sebagai getah kental. Lateks terdiri atas partikel karet dan bahan bukan karet (non-rubber) yang terdispersi di dalam air. Lateks juga merupakan suatu larutan koloid dengan partikel karet dan bukan karet yang tersuspensi di dalam suatu media yang mengandung berbagai macam zat (Triwijoso, 1995).
2.2.2 Lateks pekat
Lateks pekat merupakan produk olahan lateks alam yang dipekatkan dengan proses sentrifusi atau pendadihan dari Kadar Karet Kering (KKK) 28-30% menjadi KKK 60-64%. Biasanya lateks pekat digunakan untuk pembuatan bahan-bahan karet yang tipis dan bermutu tinggi (Zuhra, 2006). Namun pengolahan latek kebun menjadi latek pekat yang biasa digunakan oleh perusahaan besar membutuhkan modal investasi yang cukup besar, sehingga tidak mungkin dapat dilakukan oleh pekebun-pekebun kecil seperti pada proyek-proyek pengembangan karet rakyat.

2.3 Sifat Fisik dan Kimia Lateks Segar dan Lateks Pekat
2.3.1 Lateks Segar
a. Sifat fisik
Karet mempunyai sifat kenyal (elastis), sifat kenyal tersebut berhubungan dengan viskositas atau plastisitas karet. Lateks sendiri membeku pada suhu 32oF karena terjadi koagulasi. Partikel karet lam dalam lateks diselaputi oleh suatu lapisan protein sehingga partikel karet tersebut bermuatan listrik (Goutara, dkk: 1985)
Karet alam memiliki kadar ikatan tidak jenuh dalam struktur molekul karet alam tinggi sehingga karet alam tidak tahan terhadap reaksi oksidasi, ozon, dan minyak (Ramadhan et al., 2005),. Menurut Alfa et al. (2003), karet alam memiliki daya pantul dan elastisitas yang baik, serta sifat-sifat fisik seperti selatisitas, kuat tarik, dan kepegasan yang tinggi pula.
b. Sifat kimia
Lateks mengandung 25-40 % bahan karet mentah (crude rubber) dan 60-77 % serum (air dan zat yang larut). Karet mentah mengandung 90-95 % karet murni, 2-3 % protein, 1-2 % asam lemak, 0,2 % gula, 0,5 % garam dari Na, K, Mg, P, Ca, Cu, Mn, dan Fe. Partikel karet tersuspensi (tersebar secara merata)dalam serum lateks dengan ukuran 0,004-3 mikron, atau 0,2 milyar partikel karet per millimeter lateks. (Goutara, dkk: 1985).
2.3.2 Lateks pekat
a. Sifat fisik dan b. Sifat kimia
       Lateks pekat umumnya bersifat tidak stabil atau cepat mengalami penggumpalan. Lateks dikatakan stabil apabila sistem koloidnya stabil yaitu tidak terjadi flokulasi atau penggumpalan selama penyimpanan. Kestabilan lateks yaitu tidak terjadinya penggumpalan pada kondisi yang diinginkan. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kestabilan lateks adalah : 1. Adanya kecenderungan setiap partikel karet berinteraksi dengan fase air (serum) 2. Adanya interaksi antara partikel-partikel itu sendiri. Di samping kedua faktor di atas, ada tiga faktor lain yang dapat menyebabkan sistem koloid partikel-partikel karet tetap stabil (Ompusunggu, 1989), yaitu : 1. Adanya muatan listrik pada permukaan partikel karet sehingga terjadi gaya tolak menolak antara dua atau lebih partikel karet tersebut. 2. Adanya interaksi antara molekul air dengan partikel karet yang menghalangi terjadi penggabungan partikel-partikel karet tersebut. 3. Energi bebas antara permukaan yang rendah Ketidakstabilan lateks terjadi disebabkan karena rusaknya lapisan pelindung karet yang terdispersi dalam serum lateks. Rusaknya sistem kestabilan lateks dapat terjadi dengan sengaja atau tidak sengaja. Beberapa faktor yang sengaja dilakukan untuk membuat lateks menjadi tidak stabil adalah dengan menambahkan bahan penggumpal seperti asam, sari buah, tawas. Sedang faktor ketidaksengajaan misalnya karena terjadinya penguapan air dalam lateks yang berlebihan dan terkontaminasinya lateks oleh mikroba. Dengan rusaknya sistem kestabilan lateks, maka mutu lateks yang dihasilkan menjadi kurang baik. Untuk tetap menjaga kestabilan lateks, maka lateks pekat harus memenuhi persyaratan mutu menurut ASTM D 1076 dan ISO2004.
2.4 Manfaat dan Aplikasi Lateks
Manfaat karet alam banyak digunakan dalam industri-industri barang. Umumnya alat-alat yang dibuat dari karet alam sangat berguna bagi kehidupan sehari-hari maupun dalam usaha industri seperti mesin-mesin penggerak barang yang dapat dibuat dari karet alam antara lain aneka ban kendaraan (dari sepeda, motor, mobil, traktorhingga pesawat terbang), sepatu karet, sabuk penggerak mesin besar dan mesin kecil, pipa karet, kabel, isolator, dan bahan-bahan pembungkus logam (Sugito,1999)

 

BAB 3. METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
a.       Timbangan
b.      Gelas ukur
c.       Penggilingan laboratorium
d.      Beaker glass
e.       Saringan
f.       Hot plate
g.      Pengaduk spatula
h.      Kempa hidrolik
3.1.2 Bahan
a.       Lateks segar
b.      Asam format 1 %
c.       Asam asetat 1 %
d.      Amoniak 0,5 %
e.       Larutan CMC 1 %
f.       Aquadest
g.      Tissue




BAB 4. HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN
4.1  Hasil Pengamatan
1.1.1        Perhitungan KKK Lateks Segar
Bahan
Berat
Asam Format
A1 = 96,1 gr
B1 = 42,06 gr
Asam Asetat
A2 = 96,45 gr
B2 = 45,84 gr
Keterangan :  a = berat basah
b = berat kering
1.1.2        Pengenceran Lateks pada Pembuatan Karet Sheet
Bahan
KKK
KE
N
Asam Format
42,060 %
15 mL
100 mL
Asam Asetat
45,840 %

1.1.3        Pengaruh Penambahan Bahan Pendadih dan Lama Pemisahan terhadap Sifat-Sifat Lateks Pekat
a.       Penyimpanan Lateks 3 hari
Penimbangan
Berat ( gram )
5 mL
6 mL
7 mL
Beaker glass
188,21
176,20
206,49
Lateks + beaker glas
284,70
270,59
303,23
Lateks ( a gram )
96,49
94,3
96,74

Perlakuan
Hari penyimpanan
Parameter
aroma
Warna
CMC 5 mL
0 hari
+
+
CMC 6 mL
+
+
CMC 7 mL
+
+
CMC 5 mL
3 hari
+++
++
CMC 6 mL
++
+++
CMC 7 mL
+
++++
Keterangan : Aroma → semakin (+), semakin menyengat
      Warna → semakin (+), semakin banyak bercak kuning
Perlakuan
Berat ( b gram )
CMC 5 mL
41,89
CMC 6 mL
43,38
CMC 7 mL
43,25






b.      Penyimpanan Lateks 4 Hari
Penimbangan
Berat ( gram )
5 mL
6 mL
7 mL
Beaker glass
176,54
173,76
185,45
Lateks + beaker glas
270,90
268,67
279,92
Lateks ( a gram )
94,38
94,88
94,47

Perlakuan
Hari penyimpanan
Parameter
aroma
Warna
CMC 5 mL
0 hari
+
+
CMC 6 mL
+
+
CMC 7 mL
+
+
CMC 5 mL
3 hari
++++
++
CMC 6 mL
+++
+++
CMC 7 mL
++
++++
Keterangan : Aroma → semakin (+), semakin menyengat
      Warna → semakin (+), semakin banyak bercak kuning



Perlakuan
Berat ( b gram )
CMC 5 mL
47,53
CMC 6 mL
41,16
CMC 7 mL
36,66

1.2    Hasil Perhitungan
1.2.1        Perhitungan KKK Lateks Segar
Bahan
Fp
KKK
Asam Format
56,233 %
42,060 %
Asam Asetat
52,473 %
45,840 %

1.2.2        Pengenceran Lateks pada Pembuatan Karet Sheet
Bahan
AT
Asam Format
180,4 mL
Asam Asetat
205,6 mL






1.2.3        Pengaruh Penambahan Bahan Pendadih dan Lama Pemisahan terhadap Sifat-Sifat Lateks Pekat
a.       Penyimpanan Lateks 3 Hari
Perlakuan
Fp
KKK
CMC 5 mL
56,58%
41,89%
CMC 6 mL
54,047%
43,35%
CMC 7 mL
55,293%
43,24%

b.      Penyimpanan Lateks 4 Hari
Perlakuan
Fp
KKK
CMC 5 mL
0,4963
47,54%
CMC 6 mL
0,5661
41,17%
CMC 7 mL
0,5801
39,67%

  

BAB 5. PEMBAHASAN

5.1 Mekanisme Penambahan Asam Format, Asam Asetat, Amoniak dan CMC
5.1.1 Penambahan Asam Format dan Asam Asetat
            Lateks mempunyai pH 6,9 - 7,2 terdapat dalam bentuk cair karena bermuatan negatif, tetapi bila ditambahkan asam organik atau anorganik misal asam asetat dan asam format  sampai pH mendekati titik isoelektrik (pH 3,8 - 5,3 atau 4,2) maka terjadi penggumpalan lateks dimana dengan adanya penambahan asam asetat dan asam format yang berlebihan atau sekaligus diberikan maka akan terjadi penambahan muatan positif sehingga terjadi kekuatan saling tolak-menolak antara partikel atau lateks masih dalam keadaan cair. Kestabilan lateks dipengaruhi muatan listrik dari lateks. Muatan listrik tergantung dari pH lateks. Pada pH tertentu muatan listrik akan mencapai nilai 0 yaitu pada titik isoelektrik dan pH berkisar 4,2 - 4,7. Pada pH tersebut protein tidak stabil, tetapi pada pH ini lateks tidak segera menggumpal karena partikel masih diselubungi mantel air. Dengan tidak stabilnya protein maka protein akan menggumpal dan lapisan ini akan hilang sehingga antar butir terjadi kontak dan akhirnya menggumpal (Djumarti, 2011).

5.1.2 Penambahan Amoniak
Adanya ion OH- di dalam lateks setelah penambahan amoniak dapat memperbesar kebasaan lateks sehingga pH lateks menjadi 9-10, dengan demikian dapat menambah muatan negatif di sekeliling karet (Suharto, 1978).
Lutoid yang terdapat pada lateks segar mengandung ion Mg2+ dan Ca2+ yang dapat mengganggu kemantapan lateks. Ion-ion tersebut dapat dipisahkan dengan membentuk kompleks pada reaksi antara ion fosfat yang secara alamiah terkandung di dalam serum dengan amoniak yang telah ditambahkan pada lateks segar. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
Mg2+ + NH4+ PO43- à MgNH4PO4
Kompleks tersebut mengendap dan dapat dipisahkan melalui penyaringan (Handoko, 1995).
           
5.1.3 Penambahan CMC
Penambahan CMC menyebabkan sistem koloid lateks menjadi sangat labil. Oleh karena itu, sistem segera memberikan reaksi untuk mencapai kestabilan yang baru. Tingkat kestabilan yang lebih baik berangsur-angsur dicapai sistem dalam periode waktu satu malam. Satu bagian atom hidrogen pada gugus hidroksi dalam CMC diganti dengan gugus natriumkarboksimetil (-CH2COONa). Kelarutan CMC dipengaruhi oleh derajat substitusinya (DS). Karboksimetilselulosa dengan DS lebih kurang atau sama dengan 0,3 larut dalam alkali, sedangkan pada DS lebih besar dari 0,4 Na-CMC bersifat larut dalam air. Secara teoritis CMC memiliki DS maksimal tiga karena gugus anhidro glukosa memiliki tiga buah gugus hidroksil yang dapat digantikan dengan gugus natriumkarboksimetil (Loo, 1973).

5.2 Skema Kerja dan Fungsi Perlakuan
5.2.1 Perhitungan KKK Lateks Segar
Siapkan 200 ml lateks kemudian dimasukkan kedalam 2 buah beaker glass masing-masing 100 ml. Selanjutnya timbang dalam beaker glass untuk mengetahui berat basah (a gram). Kemudian diberi perlakuan yang berbeda yaitu dengan menambahkan 10 ml asam format 1% dan 10 ml asam asetat 1%. Penambahan asam format dan asam asetat ini berfungsi untuk menggumpalkan lateks. Perbedaan perlakuan pada praktikum ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan penggumpalan yang terjadi pada lateks tersebut. Selanjutnya dilakukan pemanasan serta pengadukan. Tahap ini berfungsi untuk mempercepat penggumpalan lateks. Kemudian dilakukan pengepresan, hal ini bertujuan untuk menghilangkan kadar air yang ad pada lateks. Setelah dilakukan pengepresan, permukaan lateks dikeringkan. Hal ini bertujuan untuk menghilangkan kadar air yang masih tersisa pada karet. Selanjutnya karet tersebut ditimbang sebagai b gram (berat kering). Terakhir hitung Fp dan KKK.
5.2.2        Pengenceran Lateks pada Pembuatan Karet Sheet
Tujuan pengenceran itu sendiri untuk mengetahui jumlah air yg ditambah kan. Langkah pertama yang harus dilakukan adalah menyiapkan alat dan bahan terlebih dahulu agar pratikum berjalan lancar. Lateks segar sebanyak 100 ml sebagai bahan utama kemudian dilakukan penyaringan dengan tujuan agar kotor yang terdapat dalam lateks tidak ikut tercampur. Dan menentukan KK dan KE. KK adalah KKK lateks kebun dari hasil pratikum acara 1 dan KE adalah KKK lateks yang dikehendaki. Selanjutnya tahap akhir dilakukan penambahan air sesuai perhitungan. Dalam tahap akhir ini penambahan air harus sesuai dengan  AT karena AT jumlah air yang ditambahkan. Tujuan dari penambhan air supaya bahan kimia yang terdapat pada lateks terdistribusi secara sempurna karena lateks mengandung banyak bahan kimia.
5.2.3 Pengaruh Penambahan Bahan Pendadih Dan Lama Pemisahan Terhadap Sifat-Sifat Lateks Pekat
Langkah pertama menyiapkan alat dan bahan terlebih dahulu agar pratikum lancar. Lateks segar masing masing 100 ml sebagai bahan utama dan di timbang sebagai a gram. Kemudian dilakukan penyaringan agar kotoran yang terdapat pada lateks tidak ikut tercampur. Ditambahkan amoniak masing masing 0,5 ml sebagai anti koagulan. Akan tetapi dalam pratikum ini tidak dilakukan penambahan amonik dikarena pada saat pengambilan lateks dari pabrik sudah diberi amoniak. Kemudian ditambahkan 5 ml CMC 1%, ditambahkan 6 ml CMC 1% dan 7 ml CMC 1% sebagai penstabil dan melihat pengaruh volume CMC pada lateks pekat karena volume yang di tambahkan berbeda selama 4 hari. Selanjutnya dilakukan pemanasan dan pengadukan hingga menggumpal serta dibiarkan selama 3-4 hari. Setelah itu dilakukan pengepresan untuk mengurangi kadar air dan dilakukan penimbangan sebagai b gram. Dan tahap terakhir amati KKK aroma dan warna. Dengan keterangan semakin + maka aroma semakin menyengat dan semakin + maka warna semakin kuning.
5.3  Analisa Data dan Penyimpangan
5.3.1 Perhitungan KKK Lateks Segar
Berdasarkan hasil pengamatan dan perhitungan yang telah dilakukan diperoleh nilai KKK pada lateks dengan perlakuan penambahan asam asetat 1% lebih besar apabila dibandingkan dengan nilai KKK pada lateks dengan penambahan asamformat 1%. Nilai lateks yang ditambahkan asam asetat nilai KKK sebesar 45,8427% dn nilai lateks yang ditambahkan asam format nilai KKK sebesar 42,063%. Nilai FP dari lateks dengan penambahan asam asetat sebesar 56,23% dan nilai FP dari lateks dengan penambahab asam format sebesar 52,47%. Jadi nilai FP tertinggi yaitu pada lateks dengan penambahan asam format. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan proses pengeringan dan pengepresan lateks. Dalam praktikum yang sudah dilakukan waktu dan tekanan pengepresan tidak ditentukan sehingga kadar air yang ada pada karet berbeda dan juga proses pengeringan yang berbeda dapat mengakibatkan berat basah pada karet berbeda.perbedaan berat basah dapat menghasilkan nilai KKK yang berbeda. Apabila semakin kecil nilai FP maka nilai KKK semakin besar. Hal ini menunjukkan bahwa penambahan asam format untuk bahan penggumpal lebih baik dibandingkan dengan penambahan asam asetat dikarenakan nilai KKK dari penambhan asam format lebih besar dibandingkan dengan lateks yang ditambahkan asam asetat.

5.3.2        Pengenceran Lateks pada Pembuatan Karet Sheet
Berdasarkan hasil pengamatan dan perhitungan yang telah dilakukan pada acara pengenceran lateks diperoleh nilai KE 15%.Untuk lateks dengan penambahan asam format 1% diperoleh nilai KK 42,85% sedangkan untuk lateks dengan penambhan asam asetat 1% diperoleh nilai KK 46,1%. Apabila dibandingkan dengan nilai standar KE sebesar 15% dan nilai standar KK 20%, maka hasil pada saat praktikum tidak memenuhi standar atau tidak ada yang mendekati nilai standar. Hal ini dikarenakan saat dilakukan penggilingan permukaan lateks tidak rata sehingga ketika dioven, transfer panas dari oven ke lateks juga tidak akan merata. Oleh sebab itu nilai KK  dan KE yang dihasilkan jauh dari nilai standar. Dan untuk penambahan air dalam pengenceran dilakukakan berdasarkan nilai KK yang sudah diperoleh, apabila semakin besar nilai KK maka air yang akan ditambahkan untuk pengenceran semakin banyak juga.
5.3.3 Pengaruh penambahan bahan pendadih dan lama pemisahan terhadap mutu lateks pekat
     Berdasarkan hasil pengamatan dan perhitungan pada penambahan bahan pendadih dan lama pemisahan terhadap mutu lateks pekat dihasilkan FP dan KKK pada hari ke-3 adalah CMC 5 ml sebesar (56,58%;41,89%), CMC 6 ml sebesar (54,047%;43,35%), dan CMC 7 ml sebesar (55,293%;43,24%) sedangkan pada hari ke-4 adalah CMC 5 ml sebesar (49,63%;47,54%) CMC 6 ml sebesar (56,61%;41,17%) dan CMC 7 ml sebesar (58,01%;39,67). Bahwa semakin banyak penambahan CMC 1%, maka kestabilan lateks akan semakin meningkat dan semakin lama penyimpanan kestabilannya juga semakin meningkat. Dikarenakan semakin banyak penambahan CMC akan membantu meningkatkan kerapatan skim lateks dan menyebabkan sistem koloid lateks menjadi sangat labil. Penambahan CMC dapat menyebabkan jari-jari pertikel karet menjadi lebih besar sehingga mengakibatkan gaya tarik antar partikelnya semakin kecil dan mengurangi sifat elastisitasnya. Namun pada hari ketiga didapatkan hasil yang tidak berurutan, karena proses penambahan CMC yang kurrang cermat dan pengepresan yang kurang baik.
Penambahan CMC juga mempengaruhi warna dan aroma. Pada pengamatan warna semakin lama waktu penyimpanan  maka semakin banyak bercak kuning. Disebabkan saat penyimpanan dimungkinkan terjadi kontak dengan  udara sehingga senyawa yang terdapat pada lateks terjadi proses oksidasi dan menyebabkan warna lateks menjadi bercak kuning. Selain itu banyaknya komponen pada karet yang rusak karena terhentinya proses enzimatis pada karet juga dapat menyebabkan perubahan warna pada karet.
Pada pengamatan terhadap aroma, dihasilkan semakin lama waktu penyimpanan maka aroma lateks yang dihasilkan smakin menyengat. Dikarenakan serum C yang mengandung zat yang terlarut yaitu asam amino, karbohidrat, inositol dan asam organik misalnya asam nukleat pirofosfat dan askorbat terpisah dan saling bereaksi sehingga menimbulkan aroma (bau) yang menyengat.



BAB 5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa:
a.       Lateks adalah getah yang dihasilkan dari pohon karet.
  1. Nilai FP tertinggi yaitu pada lateks dengan penambahan asam format
  2. Penambahan asam format untuk bahan penggumpal lebih baik dibandingkan dengan penambahan asam asetat dikarenakan nilai KKK dari penambhan asam format lebih besar dibandingkan dengan lateks yang ditambahkan asam asetat.
  3. Semakin besar nilai KK maka air yang akan ditambahkan untuk pengenceran semakin banyak juga
  4. Semakin banyak penambahan CMC 1%, maka kestabilan lateks akan semakin meningkat
  5. Semakin  lama penyimpanan kestabilannya juga semakin meningkat
  6. Semakin banyak penambahan CMC akan membantu meningkatkan kerapatan skim lateks dan menyebabkan sistem koloid lateks menjadi sangat labil.
  7. Penambahan CMC dapat menyebabkan jari-jari pertikel karet menjadi lebih besar sehingga mengakibatkan gaya tarik antar partikelnya semakin kecil dan mengurangi sifat elastisitasnya.
  8. Penambahan CMC juga mempengaruhi warna dan aroma
  9. Semakin lama waktu penyimpanan  maka semakin banyak bercak kuning
  10. Semakin lama waktu penyimpanan maka aroma lateks yang dihasilkan smakin menyengat
5.2 Saran
Terimakasih buat asisten yang  baik hati dan sabar.

DAFTAR PUSTAKA

Aidi dan Daslin., 1995. Pengelolaan Bahan Tanam Karet. Pusat Penelitian Karet. Palembang: Balai Penelitian Sembawa. 

Alfa, A.A, I. Sailah, dan Y. Syamsu. 2003. Pengaruh Perlakuan Lateks Alam dengan H2O2–NaOCl Terhadap Karakter Lateks dan Kelarutan Karet Siklo Dari Lateks. Jakarta : Simposium Nasional Polimer IV
 
Andoko, A dan Setawan. 1997. Petujuk Lengkap Budidaya Karet. Jakarta: Penebar Swadaya.

Anwar, C., 2001. Manajemen dan Teknologi Budidaya Karet. Medan: Pusat Penelitian Karet.

Anonim. 2008. Karet Budidaya. http://www.icraf.org. [ Diakses Pada Tanaggal 28 November 2013].

Anonim. 2012. Investasi Jitu, Budidaya Karet 4,6 Juta / Bulan .http://www.pupukorganiknasa.com. [Diakses Pada Tanaggal 29 November 2013]

Djumarti. 2011. Diktat Kuliah Teknologi Pengolahan Tembakau, Gula, dan Lateks. Jember : FTP UJ.

Goutara, B. Djatmiko, W. Tjiptadi. 1985. Dasar Pengolahan Karet. Bogor: IPB.

Handoko, B dan Kosasih. 1995. Penuntun Analisis Lateks. Bogor : Balai Penelitian Perkebunan Bogor.

Loo, T.G. 1973. Penuntun Praktis untuk Pembuatan Karet. Jakarta : PT. Kinta.

Maryadi., 2005. Manajemen Agrobisnis Karet. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Ompusunggu, M dan Darussamin, A. 1989. Pengolahan Umum Lateks. Sungei Putih: Balai Penelitian Perkebunan

Ramadhan, A., H. Prastanto., dan A.A. Alfa. 2005. Pengaruh Waktu Reaksi depolimerisasi Terhadap Viskositas Mooney Karet Mentah Pada Proses Pembuatan Karet Alam Cair Sistem Redoks. Prosiding Aplikasi Kimia Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan. Yogyakarta : Yayasan Media Utama

Sadjad, M. 1993. Budidaya Tanaman Perkebunan. Jakarta: Rajawali Press.

Setyamidjaja, Djoehana. 1993. Karet Budidaya dan Pengolahan. Yogyakarta : Kanisius.

Steenis. 1975. Flora. Jakarta: Paramitha.

Sugito, Y. 1999. Ekologi Tanaman. Malang: Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya.

Suharto, 1976. Aliran Lateks Komposisi dan Sifat Lateks. Bandung: Menara Perkebunan

Triwijoso, Sri Utami. 1995. Pengetahuan Umum Tentang Karet Hevea. Bogor : Balai Penelitian Teknologi Karet Bogor.

Zuhra, Cut Fatima. 2006. Karet. Karya Tulis Ilmiah. Medan: Departemen Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar